Asal Muasal Keturunan “Tengku” Di Sumatera

Dahulu sebelum merdeka dari para penjajah, Indonesia adalah terdiri dari kerajaan-kerajaan mulai dari sabang sampai marauke. Dari banyaknya kerajaan kerajaan besar seperti Samudera Pasai di aceh, Kerajaan Majapahit di Jawa timur dan kerajaan lainya. Namun banyak kerajaan-kerajaan kecil juga yang menyimpan nilai sejarah yang patut kita ketahui. Para raja di kerajaan ini selalu mewariskan keturunan dengan melekat pada nama mereka, tapi ada juga yang tidak menggunakanya. Kali ini kita ambil contoh gelar dari kerajaan yang melekat pada keturunanya seperti “Tengku”.

IMG_1687
Desa Makeruh Rupat Selatan ( Rumah Kakek)

Banyak sekali orang-orang mengira bahwa yang di awalan namanya “Tengku” merupakan orang dari Provinsi Aceh, namun bila kita melihat kembali sejarahnya di sumatera khususnya tidak hanya aceh yang memiliki sejarah tentang keturunan “Tengku” ini. Di sumatera utara (medan) juga memiliki keturunan “Tengku” yang berasal dari kerajaan Deli Serdang, begitu juga di Provinsi Riau yang sangat banyak keturunan “Tengku” yang berasal dari kerajaan-kerajaan kecil disana seperti Kerajaan Siak Sri Indrapura di Kabupaten Siak-Riau.

Berdasarkan pengalaman saya sebagai keturunan “Tengku” dari Riau, masyarakat di pulau jawa masih cenderung memiliki pandangan bahwa “ Tengku” itu hanya dari Aceh saja, terlihat dari beberapa teman di Jakarta yang selalu mengira saya adalah orang Aceh. “Tengku” di Aceh memiliki sejarah yang sedikit berbeda dari Riau dan Sumatera Utara. Beberapa info yang saya peroleh dari teman yang orang asli aceh bahwa di aceh itu ada yang namanya “Teuku” dan “Tengku”, kedua nama tersebut adalah memiliki maksud yang berbeda bila “Teuku” merupakan gelar bangsawan dahulu tapi bukanlah bersifat mengikat (Seperti Tueku Umar) dan bukan menandakan dia keturunan Sultan. Dalam prinsip aceh dahulu dikenal dengan istilah “Cap lima lebih penting dari cap sembilan” yang berarti kekuasaan (cap lima atau tangan) lebih berarti Cap Sembilan (SK Pengangkatan) karena Sultan sering kali tak menunjuk siapa penguasa di suatu tempat sambil menyerahkan kepada siapa yang berkuasa secara de facto.

IMG_2619

Kemudian untuk  “Teungku” di Aceh (dibaca “tengku”), digunakan pada seseorang yang memiliki pengetahuan agama atau seorang tokoh agama baik pria maupun wanita. Teungku adalah panggilan atau gelar kepakaran untuk seorang ulama atau ustadz atau guru ngaji. Walau pada prakteknya kadang dipakai juga untuk panggilan secara umum untuk laki-laki Aceh. Contoh Teungku Cik Di Tiro, Teungku Daud Beureueh dan Teungku Fakinah (ulama wanita). menurut (Zulfikarbuzzman) tengku adalah sebutan asli dan tidak pernah berubah jadi tuanku, tengku adalah gelar ulama atau mufti dari kesultanan aceh dan dahulunya memang orang-orang aceh yg menyebarkan islam ke seluruh nusantara dari mereka ada yg menikah dengan putri putri adat wilayah yg mereka singgahi. tujuan mereka adalah untuk mendirikan zawiyah / atau dayah kalo kita sebut sekarang adalah pesantren dan persyaratan untuk mendirikan pesantren adalah sanad atau kitab kitab. karna karomah para ulama ulama dan tengku tengku ini dibeberapa wilayah mereka di jadikan raja bahkan ada yg menyebutnya sultan atau kechik atau sunan atau waliyullah karna ilmu mereka bersanad atau bisa dibilang kitab kitab hadist dan tafsir yg mereka kuasai berasal dari mekkah dan langsung bersambung sanadnya sampai ke nabi muhammad saw.

Di Sumatera Utara juga memiliki keturuan “Tengku” yang berasal dari Kerajaan Deli / Kesultanan Deli yang merupakan sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan di wilayah bernama Tanah Deli (kini Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Indonesia). Beberapa referensi yang saya dapat dari beberapa teman yang memiliki gelar “Tengku” mengakui bahwa mereka berasal dari keturunan kesultanan Deli.

Menurut Hikayat Deli, seorang pemuka Aceh bernama Muhammad Dalik berhasil menjadi laksamana dalam Kesultanan Aceh. Muhammad Dalik, yang kemudian juga dikenal sebagai Gocah Pahlawan dan bergelar Laksamana Khuja Bintan (ada pula sumber yang mengeja Laksamana Kuda Bintan), adalah keturunan dari Amir Muhammad Badar ud-din Khan, seorang bangsawan dari DelhiIndia yang menikahi Putri Chandra Dewi, putri Sultan Samudera Pasai. Dia dipercaya Sultan Aceh untuk menjadi wakil bekas wilayah Kerajaan Haru yang berpusat di daerah Sungai Lalang-Percut. Dalik mendirikan Kesultanan Deli yang masih di bawah Kesultanan Aceh pada tahun 1632. Setelah Dalik meninggal pada tahun 1653, putranya Tuanku Panglima Perunggit mengambil alih kekuasaan dan pada tahun 1669 mengumumkan memisahkan kerajaannya dari Aceh. Ibu kotanya berada di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.

Pada masyarakat Riau lebih dikenal dan akrab terdengar  dengan “Tengku” saja, Tulisan “Tengku” di awal nama setiap orang Melayu Riau merupakan status yang menandakan kedudukannya dalam masyarakat adat Melayu. “Tengku” merupakan gelar kebangsawanan atau pertanda penyandangnya adalah kerabat dari silsilah kerajaan Melayu di Riau. Sampai saat ini banyak keturunan yang mewarisi “Tengku” berasal dari kerjaan-kerajaan di Riau seperti kerajaan Siak Sri Indrapura yang pertama di pimpin oleh Raja Kecik atau Sultan Abdul Jalil.

17991926_1668853979798014_1033037390149190972_n

Beberapa referensi yang di dapat bahwa asal muasal kata “tengku” ini dari kata “Tuanku” merupakan panggilan terhormat yang biasa melekat pada seorang Raja/Sultan yang memimpin Kerajaan di Indonesia khususnya di Riau. Seiring berjalanya waktu sebutan “Tuanku” pada raja tersebut berubah secara ejaan dan pengucapan namun masih tetap memiliki arti dan makna yang sama.

Untuk di keluarga saya sendiri “Tengku” berasal dari orang tua laki-laki (ayah) yang di warisi dari kakeknya yang bernama Tengku Sayyid Abdurahman Al-Aydrus bin Tengku Sayyid Muhammad bin Tengku Sayyid Abdurahman bin Sa’id bin muhammad, bin Idrus . Bila di runut saya adalah keturunan ke 4, ayah saya ke 3, orang tua dari ayah (kakek saya) ke 2 dan Kakek ayah saya ke 1. Sebenarnya beliau berasal dari Hadramaut-Yaman, lalu ketika merantau ke malaka yang waktu itu masih di jajah (belum teridentifikasi pada masa di jajah oleh potugis, belanda atau portugis) menurut sumber dari ayah saya, Tengku Said Abdurahman Al-Aydrus tersebut sempat membantu raja malaka dalam pembebasan malaka dari penjajah lalu beliau yang semula bernama Said Abdurahman di beri gelar tengku oleh raja malaka waktu itu (belum teridentifikasi pada masa raja malaka yang mana).

IMG_2611

Beberapa referensi yang di dapat, pemberian gelar “Tengku” pada namanya tersebut juga untuk mengamankan beliau dari para penjajah yang mengincar para pendatang dari timur tengah yang di duga ingin menyebarkan agama islam. Seperti yang kita ketahui pada masa penjajahan pergerakan seperti penyebaran agama islam di batasi bahkan di larang oleh penjajah masa itu. Kemudian setelah malaka bebas dari penjajah beliau merantau ke Desa Makeruh Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis-Riau, disitu beliau menikah dengan perempuan penduduk asli sana. Kemudian memiliki dua orang putera salah satunya kakek saya yang bernama Tengku Said Muhammad, kemudian beliau menikah dan memiliki 5 orang anak yang salah satunya adalah ayah saya Tengku Said Abdurahman (namanya sama dengan kakeknya), kemudian beliau menikah dengan ibu saya Tengku Farida yang juga keturunan tengku yang di dapat dari ayahnya Tengku Sulung yang merupakan anak Raja dari Kerajaan Kunto Darusalam di Riau (berdasarkan sumber dari ibu saya).

Tengku Sulung

Cerita punya cerita Tengku Sulung ini ( Ayah dari Ibu saya) semasa kecil ketika ayahnya menjadi Raja ke 3 di Kerajaan Kunto Darusalam bernama Tengku Ali Kasim/Kosam yang sekarang di kenal dengan Kecamatan Kota Lama, Desa Kota Lama,  Rokan Hulu-Riau, beliau adalah anak pertama dari seorang permaisuri raja makanya ia bernama tengku sulung, saat itu beliau masih umur 14 tahun. Suatu ketika setelah ayahnya meninggal dunia beliau ingin diangkat menjadi raja karena beliau adalah Putera Mahkota yang pantas menggantikan orang tuanya, namun para pamanya ( saudara kandung ayahnya) tidak setuju. Para paman nya in saling bertikai dan tidak segan untuk saling membunuh untuk mendapatkan posisi raja tersebut, khawatir akan terjadi hal yang tidak di inginkan pada Tengku Sulung ini beliau kemudian di larikan oleh paman (saudara kandung dari ibunya) dan ibunya dari kerajaan tersebut saat dini hari dengan menggunakan perahu melewati Sungai Rokan. Semenjak kejadian tersebut beliau pergi dari kerajaan itu sampai beliau wafat di Dumai-Riau beliau tidak pernah lagi kembali ke daerah Kota Lama tersebut.

Tengku sulung ini dahulu bercerita pada ibu saya, ketika saat tengah hari beliau di kawal oleh 10 orang pengawal kerajaan dengan menggunakan tombak berjalan mengunjungi rumah untuk para tahanan di sekitar kerajaan, disitu terdapat sebuah rumah besar khusus untuk para tahanan (pencuri, perampok dan kriminal lainnya). beiau melihat para tahanan itu berteriak kesakitan karena dihukum sampai mengeluarkan darah dari tubuhnya .

Beliau juga mengatakan dahulu saat tengah hari (siang), beliau sering melihat banyak dayang-dayang (permaisuri) di sekeliling Raja (ayahnya) sedang memijat tubuh ayahnya. semasa kecil ibu saya pernah menjumpai surat-surat yang terbaca disitu tertulis nama ” Tengku Sulung Putera Mahkota”, kemudia ibu saya bertanya pada ayahnya (tengku sulung) siapa gerangan Tengku sulung putera mahkota ini, lalu beliau hanya menjawab ” Mmmh, tak usah di baca-baca itu lagi, itu cerita cerita orang dulu” kemudian ia membuang dan membakar surat-surat tersebut. Sepertinya beliau tidak mau mengakui bahwa ia Putera mahkota kerajaan kunto darusalam.

Dalam perlariannya tersebut melalui sungai rokan tadi berhentilah mereka di pinggir sungai tersebut di daerah Rimba Melintang ( saat ini juga masih bernama Kelurahan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir), kemudian paman dan ibunya terlebih dahulu turun dari perahu sedangkan beliau disuruh untuk tetap di perahu dulu karena mereka sedang melihat lihat lokasi tersebut apakah cocok dan aman untuk bermukim. Setelah di rasa lokasi tersebut cocok dan aman akhirnya mereka naik ke darat, ada sekitar 13 orang yang juga ikut dalam melarikan tengku sulung tersebut. dari situ mulai lah mereka menebas kayu-kayu di hutan itu untuk membuat pondok-pondok untuk berteduh, mereka juga sudah menyiapkan perbekalan saat pergi itu dengan membawa beras, gula dan kebutuhan pokok sehari-hari lainya. kemudian setelah beberapa hari di situ, tiba-tiba datanglah warga dari kampung lain mengunjungi mereka karena melihat ada aktivitas dari pondok-pondok yang mereka bangun disitu. Ternyata warga tersebut tahu bahwa itu adalah rombongan putera mahkota dari kerajaan kunto darusalam.

Pada saat pelarian itu rombongan tengku sulung ini cukup banyak membawa uang kerajaan, bermodalkan uang itulah beliau gunakan untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dan lainya ke daerah Bagan yang saat itu menjadi pusat perdagangan masyarakat disana saat itu, kemudian beliau membawa barang belanjaanya kembali ke rimba melintang lalu menjualkan kembali barang-barang kebutuhan sehari-hari itu pada warga-warga dari desa terdekat yang membutuhkan. Pada saat itu masyarakat hanya butuh kebutuhan sehari-hari seperti beras dll. seiring berjalanya waktu semakin pesatnya perdagangan yang di lakukan tengku sulung ini sehingga daerah rimba melintang ini yang awalnya hanya hutan yang di bangun pondok-pondok oleh rombonganya sampai menjadi sebuah desa baru lagi.

Kemudian datang penjajah waktu itu antara belanda atau jepang (tahunya belum diketahui) saat itu Tengku Sulung sudah menjadi saudagar yang cukup sukses di desa rimba melintang itu karean ia yang pertama membuka hingga menjadi sebuah desa tempat orang-orang bermukim. orang-orang kampung tersebut yang bermata percaharian meniris getah di hutan mengantarkan dan menjual hasil getahnya pada tengku sulung yang kemudian di jual kembali oleh tengku sulung ke Bagan ibaratnya beliau menjadi distributor utama bahan-bahan mentah seperti getah dan kebutuhan sehari-hari lainya disitu. Hasil getah-getah dari warga tadi di tukarkan dengan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari seperti beras, bawang, cabe dll dari Kedai besar yang telah di buat oleh tengku sulung tadi. pada masa dahulu masyarakat di desa terpencil seperti itu hanya butuh kebutuhan makan sehari-hari dan pakaian saja. Untuk membuat rumah warga-warga tersebut hanya tinggal mengambil kayu-kayu dari hutan itu saja begitu juga atapnya. kemudian tengku sulung menjualkan peralatang seperti palu, gergaji dan paku untuk kebutuhan membangun rumah warga yang ingin bermukim di rimba melintang itu.

Biasanya gelar “Tengku” ini melekat pada anaknya hanya bila Ayahnya Memiliki gelar “Tengku” juga, sementara bila ayahnya tidak memiliki “Tengku” tapi ibunya memiliki “Tengku” maka gelar “Tengku”” tidak bisa disandang oleh anakanya. Untuk kasus seperti keluarga saya yang kebetulan Kedua orang tua saya mewarisi “Tengku” dari pendahulu nya namun hanya berbeda darimana asal muasal gelar itu di dapatkan, bila ayah saya mendapatkanya dari kakeknya yang diberi oleh raja malaka, berbeda dengan ibu saya yang di dapat dari ayahnya yang anak raja.

Sekian tulisan ini saya buat, Semoga dapat menambah wawasan pada pembaca tentang perbedaan sejarah “Tengku” di sumatera khususnya. terimakasih

49 thoughts on “Asal Muasal Keturunan “Tengku” Di Sumatera

    1. hehe maaci kartini, uda dari lama pengen bikin ini tapi kesampean hari ini. karena byk teman2 di bpj mengira gw dari aceh. 🙂 ada beberapa bagian yang harus gw tambahin lagi tentang tengku sulung kakek dari nyokap gw. sekitar beberapa menit lagi mungkin sudah update.

      thanks sudah mampir dimari 🙂

      Like

  1. Teuku & Tengku , jadi tau sekarang perbedaannya. Thanks bang. Tulisannya informatif. Tapi agak puyeng baca silsilahnya. Dikasih bagan mungkin lebih ok bang. Hehe

    Liked by 1 person

  2. Teuku Aceh.. Tengku keagamaan di aceh,
    Tengku di Medan : Deli, Serdang..
    Tengku dari Riau kerajaan Malaka ok catat..
    nambah pengetahuan satu.. 🙇🏼‍♀️

    Btw, berarti tengku cucu Mahkota yeayy.. (kebanyakan nonton drama Jaseon Korean)
    nah klo dulu kakek diselamatkan, berarti yang dulu kerajaan, masih hidup ampe sekarang donk keturunannya..

    Liked by 1 person

  3. Setiap denger nama Tengku gw pasti akan mastiin : “Orang Pekanbaru kah?” krna temen SMP sebangku gw kasih statmen kalau Tengku = melayu Pekanbaru
    Teuku = Aceh
    .
    .
    Tapi pas kmarin gw ke Aceh, gw kepo n nanya Tengku di Aceh artinya apa? Dan persis seperti penjelasanlo bang Tengku.. Yg d Aceh gelar Tengku semacam pak Ustadz/tokoh agama gitu..

    Aseli nie tulisanlo gw bintang, klo sometimes gw lupa..

    Seru cerita keluarganya.. Knapa gak dibikin novel Sejarah aja bang? Seru keknya.. Nice info skaliii…

    Liked by 1 person

    1. Terimakasih sudah mampir dimari 🙂

      ohhh punya temen orang riau yaaa,, kalo orang-orang riau, sumatera utara dan sumatera barat kalo dengar “tengku” mereka pasti tertuju pada suku melayu bukan orang aceh.
      sejarah keluarga ini hanya untuk mengingatkan kita pada garis keturunan yang nanti bisa kita ceritakan ke anak cucu kelak.

      tentang novel sejarah WOW juga tuhh, tp gw rencana mau bikin buku kecil gitu ttg sejarah silsilah keluarga aja

      Like

  4. Oh iya satu lagi.. Namalo itu ada unsur “Mahesa” stau gw itu artinya “lembu” tapi lebih ke arah dlu di jaman Majapahit org2 sering pakai nama2 sankskerta utk smacam doa biar “kuat/sakti” gitu..

    Ap “Mahesa” nya dari bhsa Sankskerta Jawa kah? Yakalik ad hub sejarah kakeknya 😂

    *penting ga ya? Just want to know sie.. Tengkyu bg Tengku

    Liked by 1 person

    1. kalao tentang nama gw “Mahesa” itu, dulu pas gw lahir kaka cwe gw suka baca novel karya Bastian tito tentang ” Mahesa Kelud” nah dr situ nama gw di ambil ” kelud” nya di ganti ” Khalid” terus di tambah tengku di awalnya jadilah Tengku Mahesa Khalid, kalo ngikut fam dr ortu cwo nama gw Tengku Said Mahesa Khalid.

      begitu lahh kira kira 🙂

      Like

  5. Informatif banget Bang. Dan baru tau juga saya kalo Tengku dan Teuku itu berbeda arti. Juga Tengku itu tidak hanya ada di Aceh.

    Anyway buat tulisan ini berapa lama Bang?

    Liked by 1 person

  6. Wah ternyata sebutan itu bukan cuma dari Aceh ya. Keren kak tau sejarah dan asal keluarga sendiri. Gak banyak lho orang yang tau sejarah keluarganya. Hehe

    Liked by 1 person

  7. Wah sangat menarik dan informatif bang khalid…
    tapi yang masih menjadi pertannyaan hingga sekarang siapakah ayah dari tengku sulung tersebut…? karna kerajaan kunto darussalam pernah dipimpin 7 raja yang semuannya bergelar tengku

    Liked by 1 person

  8. Maaf Saudaraku..,,Panglima Gocah itu panglima militer kerajaan aceh darussalam,,masa pemerintahan sultan iskandar muda,,Tengku itu berasal dari aceh..menyebar hingga ke seluruh sumatra,,kesultanan deli itu keluarga besar aceh,,Kesultanan pariaman keluarga besar zurriat raja2 aceh,,lebih baik datanglah ke aceh utk melihat referensi2 kitab2 peninggalan kerajaan aceh darussalam,ada ribuan kitab masih tersimpan rapi. Jangan mencari referensi hanya dengar2 dari cerita,,karena ini sejarah udah 800 tahun yg lalu , agar tdk terjadi pemutar balik fakta sejarah. Jika saudara famm Al idrus berarti saudaura dari keturanan sayyid. Bukan asli melayu.
    Wasslam.
    Keluarga besar kerajaan aceh darussalam.
    Teuku Ilham Syah Al kahar
    ( Ketua Yayasan Radja Radja Aceh Darussalam).

    Like

  9. Sy mau penjelasan yg lbh pas ttg gelar Tengku ini. Mmg, kl orang tuanya (Ayahnya) Tengku, anak laki maupun perempuannya jg bergelar Tengku dan gelar Tengku ini adlh gelar Raja/Sultan yg diawali dari zaman Kerajaan Melayu khususnya di Sumatera Timur maupun Riau dulu. Pertanyaan sy, gelar Tengku ini baru dipakai Raja/Sultan sesudah Raja yg kesekian dr kerajaan tersebut. Maksudnya, knp gelar Tengku ini bukan dimulai atau sdh mulai dipakai oleh Raja/ Sultan yg pertama dikerajaan tersebut, tp sesudah Raja/Sultan yg kesekian. Kl gelar Datuk atau Datuk Muda, adalah gelar pemberian Raja/Sultan. Nah, gelar Tengku ini siapa yg mengasi? Ya, spt yg sy katakan tadi, gelar Tengku baru ada stlh Raja/Sultan yg kesekian, bkn dari Raja/Sultan yg pertama. Sy lebih yakin dan mmg pernah terpikir, mungkin gelar Tengku itu adalah dari kata Tuanku dan kata Tuanku ini hanya diucapkan kepada Raja/Sultan. Misalnya, Patuk ‘Tuanku’, Ampun ‘Tuanku’. Sy sependapat dan yakin akhirnya kata atau gelar Tuanku itu berasal dari kalimat atau ucapan ‘TUANKU’.

    Like

  10. Buat adik adik….yg udah paham…pasti akan bertanya…kenapa gelar tengku itu diturunkan ke anak anaknya…kenapa di aceh kok hanya ulama doank asal dia orang aceh pandai ngaji dan sering dimesjid pasti dibilang tengku….nah jawabannya tengku tengku yg menyebarkan agama islam ke luar negeri aceh mereka membawa sanad atau bisa dibilang silsilah warisan kitab dari para leluhurnya yg langsung dipelajari dari mekkah atau bisa dibilang kitab kitab tafsir dan hadist yg harus diwarisi kepada keturunannya/zuriyatnya agar zawiyah atau dayah atau pesantren atau sekolah tempat belajar agama islam itu tetap bisa dipercaya sanadnya maka tengku tengku yg menyebarkan agama islam keluar negeri aceh mereka mengajarkannya kepada anak anaknya…makanya semua anak anaknya di beri gelar tengku….jadi banggalah kepada orang yg bukan suku aceh atau yg tinggal diluar aceh yg punya nama depannya tengku…karna itu warisan dari ayah ayah kalian supaya kalian tetap memegang agama islam dan terus melanjutkan perjuangan ayah ayah kalian yg dulunya adalah orang orang aceh yg sangat menguasai ilmu agama yg mereka dapatkan langsung dari tanah arab…..dan kalo kamu laki laki yg memiliki nama tengku didepan tapi diluar daerah aceh jgn pernah berkecil hati sebenarnya kamu dan keturunan keturunanmu adalah bernasab orang orang aceh yg taat dengan agama islam yg dulunya menguasai ilmu kitab kitab sunnah dan tafsir yg mesti kita sadari sekarang adalah apakah kamu yg punya nama tengku sanggup ngk menyandang gelar sebagai ulama dan sanggup ngk menjaga sholat lima waktu seperti leluhur kamu……..sekian wassalam

    Liked by 1 person

Leave a comment